Anak Nakal yang Menjadi Naga

Anak Nakal yang Menjadi Naga

Si Bocah Pembuat Onar

Di kaki Gunung Arjuno, hiduplah seorang anak bernama Reno. Ia terkenal di desanya karena kenakalannya yang tiada habis. Setiap hari, Reno membuat ulah menyembunyikan sandal orang di sungai, menakuti anak kecil dengan ular plastik, dan mencoret-coret tembok rumah tetangga.

Orang tuanya sudah berkali-kali menegur, tetapi Reno selalu menanggapinya dengan tawa. “Aku hanya bersenang-senang,” katanya setiap kali dimarahi. Bahkan guru di sekolah sering mengeluh karena Reno suka mengganggu teman-temannya saat belajar.

Namun di balik tawanya, Reno sering merasa kesepian. Ia ingin diperhatikan, tapi caranya selalu salah.

Kutukan dari Gunung

Suatu sore, ketika Reno sedang memanjat pohon dekat hutan, ia melihat sebuah gua besar yang belum pernah ia temui sebelumnya. Rasa penasaran mendorongnya untuk masuk. Di dalam gua itu, ia menemukan batu berwarna merah menyala, memancarkan cahaya lembut seperti api.

“Wah, ini pasti batu ajaib!” seru Reno sambil menyentuhnya.
Tiba-tiba, tanah bergetar dan suara berat menggema dari dalam gua.

“Anak manusia, mengapa kau mengganggu tempat istirahatsku?”

Reno terkejut. Dari kegelapan muncul sesosok naga tua berwarna perak dengan mata menyala seperti bara. Reno ingin lari, tapi tubuhnya tak bisa bergerak.

Naga itu menatapnya tajam. “Aku bisa merasakan hatimu dipenuhi keangkuhan dan keisengan. Dunia ini tak butuh manusia yang menertawakan penderitaan orang lain.”
Reno berusaha berbicara, tapi suaranya tercekat.

“Aku tak bermaksud”
“Kau harus belajar makna empati. Mulai hari ini, kau akan merasakan bagaimana menjadi makhluk yang ditakuti.”

Dalam sekejap, tubuh Reno diselimuti cahaya merah. Ia berteriak, tapi suaranya berubah menjadi raungan keras. Sisik hijau muncul di kulitnya, dan sayap besar tumbuh dari punggungnya. Ia telah berubah menjadi seekor naga.

Hari-Hari Penuh Kesepian

Reno mencoba kembali ke desanya, tapi semua orang menjerit ketakutan. Anak-anak berlari, para petani menjatuhkan cangkul, dan bahkan orang tuanya pingsan ketika melihat sosok naga itu.

“Ini aku, Reno!” ia berusaha berbicara, tapi yang keluar hanyalah raungan menggelegar. Desa pun menganggapnya sebagai ancaman. Penduduk membawa obor dan tombak untuk mengusirnya.

Reno melarikan diri ke hutan, bersembunyi di gua yang dulu ia datangi. Malam demi malam ia menangis, menyadari kesalahannya. Ia merindukan tawa orang tuanya, ejekan teman-temannya, bahkan omelan gurunya. Kini semuanya hilang karena ulahnya sendiri.

Setiap hari ia membantu dari jauh tanpa diketahui. Ia meniupkan napas hangatnya ke ladang agar padi tumbuh cepat, dan membakar ranting kering yang menghalangi jalan desa. Meskipun penduduk takut, mereka mulai menyadari bahwa naga itu tidak berbahaya.

Kesempatan untuk Menebus Diri

Suatu malam, hujan besar turun dan petir menyambar rumah-rumah di desa. Sungai meluap, mengancam menenggelamkan semuanya. Reno mendengar teriakan panik dan segera terbang ke sana.

Ia menggunakan sayapnya untuk menahan arus air dan meniupkan napas api untuk mengeringkan jalur air. Penduduk yang dulu menakutinya kini memandang dengan kagum.

“Lihat! Naga itu menolong kita!” teriak seorang anak kecil.

Reno bekerja tanpa henti sampai fajar tiba. Saat air surut, naga tua yang dulu mengutuknya muncul di langit.

“Kau telah belajar arti kepedulian, Reno,” kata sang naga bijak. “Kini kau layak menjadi manusia kembali.”

Cahaya putih melingkupi tubuh Reno. Dalam sekejap, sisiknya menghilang, sayapnya lenyap, dan ia kembali menjadi bocah manusia. Tubuhnya gemetar, tapi kali ini bukan karena takut melainkan karena rasa syukur.

Pelajaran dari Seekor Naga

Sejak saat itu, Reno berubah menjadi anak yang rendah hati. Ia membantu orang tua menimba air, menanam pohon di tepi sungai, dan menjaga agar anak-anak lain tidak berbuat nakal seperti dulu.

Setiap kali seseorang bertanya mengapa ia begitu rajin, Reno hanya tersenyum. “Aku pernah tahu rasanya hidup tanpa cinta dan penerimaan,” katanya pelan.

Dan ketika malam tiba, ia sering memandang ke puncak Gunung Arjuno. Di sana, di balik awan, terlihat cahaya merah samar pertanda sang naga tua masih mengawasinya, memastikan bahwa bocah nakal itu tak akan lupa pelajarannya. Baca berita lain di sini.

Anak Nakal yang Menjadi Naga