Katak dan Ular Piton: Pertarungan di Tepi Rawa

Katak dan Ular Piton: Pertarungan di Tepi Rawa

Di sebuah rawa yang luas dan rimbun, hiduplah seekor Katak hijau yang lincah. Katak ini tidak hanya dikenal lincah saat melompat dari satu daun teratai ke daun lainnya, tetapi juga memiliki suara nyaring yang kerap menjadi hiburan bagi hewan-hewan kecil di sekitarnya. Namun, di rawa yang sama, ada seekor Ular Piton besar. Tubuhnya panjang berliku, sisiknya berkilau, dan tatapannya membuat hewan lain gemetar ketakutan.

Kesombongan Katak

Katak merasa dirinya hebat. Setiap kali bernyanyi, ia suka membanggakan diri. “Tidak ada hewan yang bisa melompat sejauh aku. Bahkan, aku bisa menghindari siapa pun yang mencoba menangkapku,” katanya angkuh.

Hewan-hewan kecil mendengarkan, beberapa mengagumi, tapi sebagian lain merasa risih. Ular Piton yang berdiam di balik semak rawa mendengar kesombongan itu dan merasa tertantang. “Jika Katak terus sombong, aku harus memberinya pelajaran,” pikir Piton.

Tantangan dari Ular Piton

Suatu malam, Piton mendekati Katak yang sedang bernyanyi di atas daun teratai. Dengan suara dalam, Piton berkata, “Wahai Katak, kau merasa dirimu paling hebat. Bisakah kau buktikan bahwa lompatmu mampu menghindari belitan tubuhku?”

Katak sedikit terkejut, tapi gengsinya terlalu tinggi untuk menolak. “Tentu saja bisa! Aku tidak akan pernah tertangkap olehmu, Piton,” jawabnya lantang.

Pertarungan di Rawa

Keesokan harinya, hewan-hewan berkumpul di tepi rawa untuk menyaksikan. Piton melata perlahan, tubuhnya membentuk lingkaran besar. Katak bersiap dengan otot kakinya yang kuat.

Saat Piton melancarkan serangan, Katak melompat cepat. Satu kali, dua kali, ia berhasil menghindar. Semua penonton bersorak. Namun, Piton tidak menyerah. Ia semakin gesit, belitannya makin rapat. Pada lompatan keempat, Katak terpeleset di daun licin. Dalam sekejap, tubuh kecilnya sudah terperangkap dalam lilitan Piton.

Hewan-hewan lain menahan napas. Mereka takut Katak akan menjadi santapan.

Kebijaksanaan di Tengah Bahaya

Namun, Piton ternyata tidak langsung memakan Katak. Ia hanya menatapnya lalu berkata, “Lihatlah, kesombonganmu hampir mencelakakanmu. Jika aku ingin, kau sudah tidak akan ada di sini.”

Katak gemetar, sadar dirinya salah. Dengan suara lirih ia memohon, “Ampunilah aku, Piton. Aku akan berhenti menyombongkan diri.”

Mendengar itu, Piton melepaskan lilitannya. Katak jatuh ke air, basah kuyup tapi selamat. Hewan-hewan di sekitar bersorak lega.

Pelajaran Berharga

Sejak kejadian itu, Katak tidak lagi angkuh. Sejak saat itu, ia tetap bernyanyi di rawa, namun suaranya terdengar lebih merdu karena dipenuhi kerendahan hati. Sementara itu, Piton pun kembali ke semak rimbun dengan puas, sebab ia berhasil memberikan pelajaran penting tanpa harus melukai.

Pesan Moral

Kisah Katak dan Ular Piton mengingatkan kita bahwa kesombongan hanya akan membawa bahaya. Kekuatan sejati bukan pada otot atau kemampuan, melainkan pada sikap rendah hati. Saat kita merasa paling hebat, selalu ada yang lebih kuat untuk memberi pelajaran. Baca berita lain di sini.

Katak dan Ular Piton: Pertarungan di Tepi Rawa